Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi !

Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi ! - Hallo sahabat Kabar Muslim Islam, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi !, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Fenomena, Artikel Hari Ini, Artikel Islam, Artikel Islami, Artikel Kabar, Artikel Muslim, Artikel Ragam, Artikel Terbaru, Artikel Unik, Artikel Update, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi !
link : Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi !

Baca juga


Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi !

Sumber Foto : disini

Saya Adalah TIKO Itu ?

Saat pulang dari India menuju Jakarta, saya transit di Singapore. Dari Singapore ke Jakarta saya naik SQ dan dapat seat di bagian belakang. Dalam Pesawat SQ Boeng 777 yang berbadan besar ini memang hanya diisi sedikit penumpang.

Di depan kursi saya, duduk puluhan pemuda dari etnis tertentu (saya sebut saja etnis tionghoa). Dalam penerbangan tersebut boleh dikata hanya diisi oleh saya dan para pemuda tersebut di kursi bagian belakang. Selama perjalanan saya mendengar gelak canda dan tertawaan mereka. Awalnya saya tidak terlalu peduli, dikarenakan rasa ngantuk yang mendera sebab saat perjalanan dari Mumbay ke Singapore saya tidak bisa tidur nyenyak.

Tapi saat akan tidur, telinga saya terusik karena pembicaraan mereka selalu menyebut-nyebut kata "indon tiko" atau "pribumi tiko". Kata-kata yang membuat saya berpikir apa artinya 'tiko', yang saya tahu hanyalah kata "Indon" sebuah kata yang berarti orang indonesia namun dalam arti yang merendahkan (penghinaan). Kalimat-kalimat gurauan mereka memang terdengar sangat melecehkan dan merendahkan bangsa Indonesia dengan ungkapan-ungkapan "indon tiko" atau "pribumi tiko" dan bahasa kebun binatang lainnya.

Sekarang saya baru paham bahwa tiko ada dua arti yaitu "tikus kotor" atau "(ti = babi dan ko = anjing) setelah membaca berita pelecehan yang dialami Gubernur NTB yang dilakukan oleh WNI etnis tionghoa. Masya Allah, ternyata benar-benar rasis sekali orang-orang itu ya. Mereka hidup dan beranak pinak di Indonesia tapi melecehkan bangsa sendiri. Mereka sebut orang indonesia dengan julukan "indon tiko" "pribumi tiko" tanpa ada rasa bahwa mereka juga adalah orang atau bangsa indonesia.

Saya termasuk orang yang tidak setuju dengan istilah pribumi dan non pribumi, tapi ternyata memang mereka sendiri pun tidak merasa NKRI sebagai negeri/bangsa mereka sendiri.

Jadi teringat pernyataan seorang konglomerat yang termasuk 10 orang terkaya di Indonesia yang mengatakan baginya indonesia hanyalah ayah angkat, sedang RRC adalah ayah kandungnya. Pertanyaannya, siapa yang rasis di sini? [Penulis: Zakaria Ansori (Salah seorang Hakim di Mahkamah RI) ]

Arti Tiko

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Zainul Majdi, atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) mendapat perlakuan tak menyenangkan saat berada di Bandara Changi, Singapura, pada Minggu 9 April 2017 lalu. Ia mendapat caci maki justru oleh orang Indonesia. Tapi, balasan mengejutkan diberikan Sang Gubernur.

Diketahui sebelumnya, Tuan Guru Bajang mendapat hinaan dan kata-kata kasar dari seorang pengusaha muda keturunan Tionghoa, Steven Hadisurya Sulistyo, saat tengah mengantre di Bandara Changi. Tak hanya menyebutnya sebagai pribumi, Steven juga melontarkan kata-kata tak pantas seperti Tiko (tikus kotor).

Kontan hal ini membuat banyak masyarakat di NTB meradang. Namun Sang Gubernur membuktikan gelar Tuan Guru Bajang (gelar bagi orang yang pemahaman agamanya lebih daripada manusia pada umumnya) yang telah disandangnya. Alih-alih marah besar, Gubernur NTB ini justru telah memaafkan tindakan Steven.

Hal itu juga dibenarkan Yusron Hadi, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Pemprov NTB, saat dihubungi wartawan. Yusron mengatakan permintaan maaf Steven yang disampaikan melalui sebuah surat kabar nasional dianggap telah menyelesaikan masalah antara Sang Gubernur dengan Steven.

"Pak Gubernur selain tokoh masyarakat juga tokoh agama. Makanya setelah habis salat Jumat tadi ia menyampaikan pesan kepada masyarakat NTB untuk tetap tenang dan tidak terpancing. Ia berpesan jangan sampai dengan adanya masalah ini justru mengambil sikap yang tidak baik," kata Yusron kepada wartawan, Jumat 14 April 2017.

Yusron menambahkan, masalah ini telah dianggap Sang Gubernur selesai dan tak perlu lagi dibesar-besarkan. TGB juga berharap isu SARA seperti yang dialaminya tak kembali terjadi yang tentu saja justru berpotensi merusak persatuan. [src


Begitu Hina kah Kami Para Pribumi di Indonesia? 

Menjelang tengah malam, ada sepucuk surat yang berselewaran di media sosial. Surat permohonan permintaan maaf dari seorang mahasiswa Indonesia kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi. Surat yang bertanda tangan atas nama Steven Hadisurya Sulistyo itu dibuat di Bandara Soekarno Hatta pada tanggal 9 April 2017. 

Saat membaca surat tersebut hati saya langsung mendidih, bukan karena status Tuanku Guru Baja yang merupakan seorang Gubernur dihina. Tapi kata-kata yang disampaikannya membuat hati ini sakit dan terhina, Steven menyebut kata dasar pribumi, dasar Indo, Tiko (Tikus Kotor). 

Setelah mencari siapa sosok Steven tersebut, saya menemukan ternyata dia sosok bermata sipit. Besar kemungkinan dia merupakan warga keturunan, hal itu berdasarkan kata-katanya yang menyebut dasar pribumi. Saya menyimpulkan kalau dia bukan orang pribumi atau asal usulnya bukan pribumi asli Indonesia. 

Bukankah saat ini kata pribumi dan tidak pribumi sudah berusaha kita hapuskan semua. Setiap orang yang sudah menjadi warga negara indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama, kenapa Steven menyebut kata-kata tersebut. Dia harus paham, kalau kata itu bisa memancing api kemarahan. 

Yang saya takutkan adalah seorang Gubernur saja bisa dihina begitu rupa, apalagi saya yang hanya orang kecil. Tak terbayangkan jika nanti saya bekerja dengannya, atau berurusan dengan orang seperti Steven. Mungkin kepala saya akan diinjaknya setiap hari, harga diri juga tidak akan ada. 

Saya menduga rasa nasionalisme Steven masih diragukan. Jika dia benar-benar cinta kepada Indonesia, tentu dia tidak akan menghina sesama orang Indonesia. Tidak merendahkan suku, agama ataupun latar belakang. Jika memang Steven lebih memuliakan keaslian keturunannya, sebaiknya pindah warga negara. Karena orang seperti Steven ini merupakan ancaman nyata terhadap kebhinnekaan dan persatuan Indonesia. 

Meski dia telah mengucapkan permintaan maaf, tapi itu tidak akan menyelesaikan masalah. Karena dia harus tahu, saya yang tidak punya hubungan dengan Tuan Guru Baja saja bisa marah, apalagi masyarakat NTB yang merupakan rakyat yang dipimpin oleh TGB. Terlebih lagi TGB adalah sosok yang sangat dihormati tidak saja sebagai statusnya Gubernur, tapi juga dianggap tokoh agama. 

Tidak terbayang oleh saya bagaimana suasana hati masyarakat NTB saat membaca atau mengetahui tentang kejadian yang dialami pemimpin mereka. Sekedar saran kepada pihak kepolisian, meski telah ada permintaan maaf, sebaiknya melakukan tindakan pencegahan. Karena ini berpotensi besar terhadap rusaknya persatuan dan membahayakan. 

Sebagai seorang pemimpin yang sudah terkenal murah hati, tentu TGB akan memaafkan anak muda seperti Steven. Tapi apakah permintaan maaf itu saja cukup untuk membuat dia jera agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jika hanya dengan maaf saja, akan membuat orang lain melakukan tindakan yang sama. 

Entah kenapa saya jadi teringat dengan arogansi seorang Ahok, dia telah berulang kali mengeluarkan kata-kata yang merendahkan orang lain. Apakah ada kaitan dengan kejadian ini saya juga tidak tahu, akan tetapi jika dicarikan korelasinya tentu ada. 

Begitu hinakah kami pribumi dimata kalian?. Perlu dipahami, rasa bangga kami kepada Indonesia tidak bisa diukur dari uang. Jangankan harta, nyawa saja sudah dikorbankan para leluhur kami untuk memerdekakan negeri ini. Jadi jangan pecahkan persatuan yang selama ini kita jaga. 

 Berikut isi surat pernyataan permintaan maaf yang bertanda tangan dibawah ini saya 

Nama: Steve Hadisurya Sulistyo 

Tempat/tgl Lahir: Jakarta/01 September 1991 

Jenis kelamin: Laki-laki 

Agama: Khatolik 

Pekerjaan : Mahasiswa 

Kewarganegaraan: Indonesia 

Dengan ini saya menyampaikan terimakasih kepada Gubernur NTB bapak TGH TGH Muhammad Zainul Majdi dan istri Hj. Erica Zainul Majdi untuk tidak menempuh proses hukum serta memberikan saya maaf atas kekhilafan saya menyebutkan kata-kata tidak pantas yaitu : Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar Pribumi, Tiko". Pada saat terjadi kesalah pahaman saat bersama-sama antri untuk check in di Counter Batik Air Bandar Udara Changi, Singapore pada hari Minggu pada tanggal 09 April sekira pukul 14.30 Waktu Singapore. 

Saya telah menyadari bahwa kata-kata saya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undanga Dasar 1945. 

Saya juga berjanji untuk tidak akan mengucapkan lagi kata-kata yang dapat menimbulkan keretakan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. 

Demikian surat pernyataan permohonan maaf ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan kesadaran penuh tanpa paksaan atau tekanan siapapun, kemudian ditutup dan ditanda tangani di: 

Bandara Soekarto Hatta, 
09 April 2017 

[Cerkiis.blogspot.com, Berbagai sumber pilihan, penyusun: Arifia]


Demikianlah Artikel Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi !

Sekianlah artikel Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi ! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi ! dengan alamat link https://kabarmuslimislam.blogspot.com/2017/04/begitu-hinakah-kami-kaum-pribumi.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Begitu Hinakah Kami Kaum Pribumi !"

Posting Komentar