Judul : Surah Al-Mudatsir (74) ayat: 5
link : Surah Al-Mudatsir (74) ayat: 5
Surah Al-Mudatsir (74) ayat: 5
Coba buka Mushaf anda masing-masing, fokus pada Surah Al-Mudatsir (74) ayat: 5.
Allah azza wa jalla berfirman:
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
"Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak" (QS: Al-Mudatsir: 6)
Seorang atasan yang baru saja membantu bawahannya keluar dari kesulitan hidup terlihat kesal, rupanya ia tak mendapat perlakuan yang istimewa dari bawahannya.
Seorang konglomerat yang selalu mendermakan hartanya di jalan dakwah terlihat bermuram durja. Rupanya kehadirannya tak begitu diapresiasi.
Seorang da'i yang siang malam berdakwah di jalan Allah terlihat begitu jengkel. Rupanya ia tidak mendapatkan pelayanan yang berarti dari jamaahnya, atau merasa dilupakan oleh murid-muridnya.
Hatinyapun berbisik “Kalau bukan karena saya kalian tidak akan begini dan begitu. Kalau bukan karena saya, maka si fulan tidak akan sesukses itu. Atau mengatakan, “Sayalah yang dulu menunjuki fulan ke jalan hidayah“
Tidak, itu tidak boleh terjadi, bahkan ia harus merasa belum berbuat apa-apa. Allah berfirman yang artinya: “Mereka mengungkit keislaman mereka kepadamu. Katakan, “Janganlah kamu mengungkit keislaman kalian kepadaku, tetapi Allahlah yang memberikan kepada kalian hidayah kepada iman.” (QS. Al Hujurot: 17).
Ketika seseorang merasa telah berbuat banyak, kadang dirinya dihadapkan pada perang melawan syahwat khafiyyah*. Syahwat yg memintanya agar menuntut pujian atau balasan yang lebih dari apa yang ia diberikan.
Manusia yang paling melelah adalah mereka yang berbuat, kemudian mengharapkan balasan yang setimpal atau lebih dari manusia.
Berbuatlah untuk Allah, bukan untuk dikenang..
Berbuatlah, kemudian berlalulah..
Seperti Nabi Musa yang berlalu setelah mengambilkan air untuk dua putri Madyan.
Yakinilah, bila manusia melupakan kebaikanmu, maka Allah takkan melupakannya.
Bila kebaikanmu tak tertulis indah dalam diary orang lain, maka ia akan terukir indah disisi Allah.
Sekali lagi.. Ikhlas adalah bab yang takkan prnah usai hingga ujung usia.
Catatan: *Syahwat Khafiyah adalah keinginan-keinginan yang tersembunyi di balik setiap tindakan.
Wallahu a'lam
Seorang atasan yang baru saja membantu bawahannya keluar dari kesulitan hidup terlihat kesal, rupanya ia tak mendapat perlakuan yang istimewa dari bawahannya.
Seorang konglomerat yang selalu mendermakan hartanya di jalan dakwah terlihat bermuram durja. Rupanya kehadirannya tak begitu diapresiasi.
Seorang da'i yang siang malam berdakwah di jalan Allah terlihat begitu jengkel. Rupanya ia tidak mendapatkan pelayanan yang berarti dari jamaahnya, atau merasa dilupakan oleh murid-muridnya.
Hatinyapun berbisik “Kalau bukan karena saya kalian tidak akan begini dan begitu. Kalau bukan karena saya, maka si fulan tidak akan sesukses itu. Atau mengatakan, “Sayalah yang dulu menunjuki fulan ke jalan hidayah“
Tidak, itu tidak boleh terjadi, bahkan ia harus merasa belum berbuat apa-apa. Allah berfirman yang artinya: “Mereka mengungkit keislaman mereka kepadamu. Katakan, “Janganlah kamu mengungkit keislaman kalian kepadaku, tetapi Allahlah yang memberikan kepada kalian hidayah kepada iman.” (QS. Al Hujurot: 17).
Begitulah...
Ketika seseorang merasa telah berbuat banyak, kadang dirinya dihadapkan pada perang melawan syahwat khafiyyah*. Syahwat yg memintanya agar menuntut pujian atau balasan yang lebih dari apa yang ia diberikan.
Bila bisikan-bisikan itu datang, katakan pada diri: "Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak"
Ketahuilah..
Ketahuilah..
Manusia yang paling melelah adalah mereka yang berbuat, kemudian mengharapkan balasan yang setimpal atau lebih dari manusia.
Berbuatlah untuk Allah, bukan untuk dikenang..
Berbuatlah, kemudian berlalulah..
Seperti Nabi Musa yang berlalu setelah mengambilkan air untuk dua putri Madyan.
Yakinilah, bila manusia melupakan kebaikanmu, maka Allah takkan melupakannya.
Bila kebaikanmu tak tertulis indah dalam diary orang lain, maka ia akan terukir indah disisi Allah.
Sekali lagi.. Ikhlas adalah bab yang takkan prnah usai hingga ujung usia.
Catatan: *Syahwat Khafiyah adalah keinginan-keinginan yang tersembunyi di balik setiap tindakan.
Wallahu a'lam
Madinah Al-Munawwarah ACT El-Gharantaly
[Cerkiis.blogspot.com, Sumber: Ustadz Aan Chandra Thalib Via IG, Penyusun: Arifia]
[Cerkiis.blogspot.com, Sumber: Ustadz Aan Chandra Thalib Via IG, Penyusun: Arifia]
Demikianlah Artikel Surah Al-Mudatsir (74) ayat: 5
Sekianlah artikel Surah Al-Mudatsir (74) ayat: 5 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Surah Al-Mudatsir (74) ayat: 5 dengan alamat link https://kabarmuslimislam.blogspot.com/2017/03/surah-al-mudatsir-74-ayat-5.html
0 Response to "Surah Al-Mudatsir (74) ayat: 5"
Posting Komentar